• slide 1

    Dedi Padiku 1

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 2

    Dedi Padiku 2

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 3

    Dedi Padiku 3

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 4

    Dedi Padiku 4

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 5

    Dedi Padiku 5

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 6

    Dedi Padiku 6

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide nav 1

    Dedi Padiku 1

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 2

    Dedi Padiku 2

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 3

    Dedi Padiku 3

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 4

    Dedi Padiku 4

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 5

    Dedi Padiku 5

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 6

    Dedi Padiku 6

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...

Luna Maya Geram, Infotainmen Meradang

Diposting oleh Dedi Padiku



Menjelang penghujung tahun, artis Luna Maya menjadi sorotan. Ungkapan perasaannya di akun Twitter membuat tayangan infotainmen kembali menjadi perdebatan. Beruntung Luna mendapat dukungan.



Oleh: Ary Nugraheni

Dalam  akun twitternya, artis cantik Luna Maya menulis: "Infotemnt derajatnya lebh HINA dr pd PELACUR, PEMBUNUH!!!! may ur soul burn in hell!!..."
Tentu saja ungkapan perasaan geram Luna itu membuat pekerja infotainmen tersinggung.
Buntutnya PWI Jaya melaporkan Luna ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan pencemaran nama baik. PWI memakai  pasal 27 ayat 3 UU Informasi dan Transaksi Elektronik sama seperti pasal yang dipakai menjerat Prita Mulyasari.
Berawal dari situlah kasus ini makin melebar. Pekerja infotainmen menghujat Luna. Tapi pendukung artis pacar Ariel ’Peterpan’ itu pun tak kalah banyaknya. Mulai dari Aliansi Jurnalistik Independen yang mengecam penggunaan pasal UU ITE hingga PBNU yang mengingatkan lagi tentang fatwa haram tayangan infotainmen karena termasuk ghibah alias ngrasani dengan mengaduk-aduk aib orang.
Beruntunglah Luna. Deraan masalah ini tak membuatnya menjadi limbung dengan dukungan yang mengalir itu. Dia masih bisa menjalankan semua aktivitasnya mulai syuting sinetron maupun presenter acara musik.
Luna Maya tidak ingin aktivitasnya terganggu oleh perkara ini. Dia hadapi semua itu.
”Sebenarnya ini suatu akumulasi dari banyak peristiwa yang menjadi ganjalan antara teman-teman infotainmen dengan artis. Jadi ada hal yang terjadi berulangkali terjadi, yang kurang lebih intinya aku dirugikan,” ujar Luna Maya menjelaskan alasan kenapa dia menulis seperti itu.
Luna melanjutkan, ada banyak informasi sepihak yang ditayangkan infotainmen tanpa konfirmasi. ”Salah satu yang menyudutkan saya itu, nama saya dicatut dan disebutkan dalam sederetan artis yang .... (Luna tak melanjutkan kalimatnya, Red). Itu  kemudian diberitakan tanpa konfirmasi, tidak ada kroscek kebenarannya, itu kan merugikan sepihak,” sambungnya lagi.
Karena itu dia begitu terharu mendapat simpati dari berbagai pihak atas masalahnya ini.  ”Dukungan mereka, betul-betul support yang sangat aku butuhin. Karena mereka membuat aku menjadi bersemangat. Aku sendiri tak menyangka, dukungan ini begitu banyaknya. Insya Allah aku bisa melawati masalah ini, ya tanpa mereka mungkin aku tak setegar seperti sekarang ini,” katanya lagi.
Dia merasa tidak pernah merugikan pihak manapun karena hanya menuliskan 'kalimat' hujatan itu lewat Twitter. Lagi pula dia sudah menulis permintaan maaf di Twitter  yang dianggap sudah cukup. Karena itu tidak perlu minta maaf di depan publik dan media.
Tapi bagi pekerja infotainmen, para artis dan selebritas adalah bagian dari public figure. Pribadi mereka pantas diliput dan diketahui siapa, apa, dan bagaimana yang sebenarnya.
Seperti disampaikan Poppy dari Production House (PH) Indigo. ”Di luar negeri, infotainmen lebih ganas daripada Indonesia. Infotainmen di sini masih memegang teguh etika budaya Timur, dimana kita harus minta izin terlebih dulu ketika kita mau wawancara,” papar Poppy.
Kalau di luar negeri, lanjut Poppy, rata-rata pada main serobot saja. Poppy mencontohkan majalah hiburan People Magazine, saat liputan, tidak kenal kompromi.”Privacy public figure nyaris nggak ada,” tandasnya.
Para pekerja infotainmen, kata Poppy, sudah berusaha dan bekerja dengan baik untuk mendekati semua narasumber. Dan tentang anggapan negatif beberapa public figure tentang infotainment – karena merasa dirugikan dengan sebuah pemberitaan – infotainmen sudah melakukan pendekatan.
Pekerja infotainment lainnya, Nopiyanti Haimi, mengungkapkan kalau sebaiknya masyarakat jangan men-judge awak infotainment sebagai pekerja yang tak tahu etika atau tak bermoral. Biar bagaimana pun, infotainment sudah bekerja ‘mati-mati’-an untuk mendapatkan informasi yang terbaik. Bahkan demi hal itu, infotainment rela tidur di lokasi peliputan untuk menunggui sasaran narasumber.
”Sudah ditunggui, kadang-kadang narasumber malah kabur. Padahal, kita nunggunya lebih dari lima jam. Maklumlah, kalau tayangan itu kan harus dapat bukti gambar dan suara. Dan untuk mendapatkan itu, jelas nggak gampang,” jelas Nopi.
Dari pengalaman janji ‘palsu’ para selebritis itulah, maka para pekerja infotainment harus ekstra jeli mendekati narasumber yang sedang menjadi sasaran. Itu dilakukan, jelas agar tidak lolos. Sebab, banyak selebritis janji mau kembali untuk wawancara, buktinya malah banyak yang kabur.
 Pendekatan itulah yang menurut Nopi, biasanya membutuhkan ketrampilan khusus dari awak infotainment ini. Kalau pun ternyata narasumber tak mau diwawancarai, pekerja infotainment biasanya kembali melakukan negosiasi agar tetap mendapatkan berita yang sedang menjadi target sasaran saat itu.
”Dan semua itu, kita tetap ada etika. Sebab, kita kerja juga dibekali etika. Maka, kalau ada selebritis yang marah-marah ke kita, kita pun akan minta maaf,” terang wanita berkaca mata ini.
”Biar bagaimana kita menjadi bagian dari prestasi mereka, karena tak dipungkiri kita mengangkat prestasi mereka di depan jutaan masyarakat,” ungkap Nopi.
Sementara bos infotainment, Ilham Bintang, mengatakan bahwa tak dipungkiri selama sepuluh tahun terakhir, infotainment menjadi bagian sangat akrab dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Bahkan lewat layar kaca, langsung menyerbu sekaligus diserbu, oleh karena hadir di semua stasiun televisi dan juga di segala macam waktu.
Ilham sebagai ‘Pelopor Jurnalistik Infotainment’, hingga berhasil disyahkan menjadi bagian dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), prihatin terhadap komentar pada pekerja infotainment. Infotainment bagi Ilham tentang apa yang ada, drama bagaimana, kisah sejujurnya serta apa yang tersembunyi di balik sosok sejumlah bintang-bintang kehidupan yang selama ini mewarnai kehidupan kita.
”Wajar apabila seorang public figure dikejar para pemburu berita. Itu, sudah risiko public figure. Meski kita sering salah paham, mereka (public figure, red) sebaiknya tak boleh lupa, walau hanya sedikit infotainment juga memberi andil dalam membesarkan namanya di dunia entertainment,” ucap Ilham.
Ilham juga menyayangkan, banyak anggapan yang menilai kalau peliputan maupun penyajian berita yang dilakukan para pekerja infotainment hanya berbasis gosip. Para pekerja infotainment juga sering tak menghormati hak narasumber yang tidak ingin diwawancarai.
Anggapan itu dibantah Direktur Utama Program Tayangan Cek and Ricek yang juga Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat ini. Ilham mengaku, tak terima awak infotainment tidak diakui sebagai wartawan hanya lantaran satu atau dua kasus pelanggaran kode etik. Menurut Ilham, awak infotainment adalah wartawan yang diakui PWI Jaya, karena praktik kerja mereka adalah praktik kerja wartawan.
Kalau pun ada langkah hukum antara selebritas dengan awak infotainment, sebenarnya Ilham tidak menghendaki adanya upaya hukum, karena pada dasarnya artis dan infotainment itu saling membutuhkan. Jadi, harus terus bekerja sama dan tidak perlu cakar-cakaran seperti kasus Luna Maya sekarang.
”Sebisa mungkin kita akan selesaikan secara damai, kemudian saling berjanji untuk tidak mencederai etika dan sikap saling menghormati,” imbuh Ilham.
Tapi dari kasus Luna, lanjut Ilham, wartawan infotainment bisa mendapat pelajaran berharga. Yakni, jangan mudah menokohkan seseorang yang tak jelas rekam jejaknya, labil emosi, dan tak terpelihara perkataannya. Ilham pun menyarankan, agar kalau ada masalah bisa ditempuh dengan jalan damai, untuk saling memaafkan.
Berbeda dengan Ilham, anggota Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), Ezy Suyanto, mengatakan,  gelar jurnalis bagi para pekerja infotainment itu masih diragukan keabsahannya dilatarbelakangi banyak pekerja infotainment yang melanggar kode etik jurnalistik.
”Segala masalah yang pernah ditimpa pekerja infotainment dengan narasumber, itu akan menjadi bola liar. Dimana tayangan semacam itu bisa habis, karena tingkah laku pekerjanya sendiri,” ujar Ezky.
Sebagai contoh kasus Luna Maya, Sarah Azhari atau Parto ‘Patrio’ sendiri, tambah Ezky, kini terus memicu polemik yang mengugat profesionalitas awak infotainment sebagai jurnalis.


sumber:http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=cd803c8ab3c2afa5430eeb195bcebe6a&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a



0 komentar :

Posting Komentar

 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon More
powered by Blogger Dedi Padiku