• slide 1

    Dedi Padiku 1

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 2

    Dedi Padiku 2

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 3

    Dedi Padiku 3

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 4

    Dedi Padiku 4

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 5

    Dedi Padiku 5

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide 6

    Dedi Padiku 6

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum....

  • slide nav 1

    Dedi Padiku 1

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 2

    Dedi Padiku 2

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 3

    Dedi Padiku 3

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 4

    Dedi Padiku 4

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 5

    Dedi Padiku 5

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...
  • slide nav 6

    Dedi Padiku 6

    Foto ini saat pertamakalinya saya tampil di depan umum ...

Bab 14: petunjuk

Diposting oleh Dedi Padiku
naskah mengejar mimpi bab: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Didalam kamar tinggalah aku sendiri, iwan dan suanda telah menjauhiku. Aku menangis tersedu-sedu memohon kepada tuhan agar diberinya petunjuk. Berjam-jam aku telah menangis mengingat kedua sahabatku itu, betapa persahabatan yang telah bertahun-tahun dengan mudahnya hancur hanya karena suhu penipu itu. Suanda dan iwan yang paling mengerti keadaanku. Dan kini mereka telah menjauh dariku.
Diantara tidur dan terjaga aku teringat akan buku sulap yang aku pinjam dari om sam dulu. Aku langsung meloncat bangun. Tiga tahun lalu buku itu aku lupa kembalikan kepadanya. didalam buku itu ada salah satu sulap yang berjudul ”kertas koran terbakar hanya dengan pandangan mata”. Aku langsung membongkar seluruh buku yang berada di dalam lemariku. Rupanya ia masih berada disitu.
Aku membuka halaman demi halaman dengan tidak sabar. Dan mataku langsung menyala terang ketika membaca judul yang aku cari itu. Bukan hanya itu, satu lagi sulap yang aku yakin akan membuat suhu itu ketakutan yaitu ”menjilati besi panas membara”. Aku senang bukan main, pasti semua yang melihatku menjilati besi panas yang membara itu akan langsung mengangkat aku sebagai guru mereka. Sedangkan suanda dan iwan pasti akan mengemis-mengemis ingin menjadi muridku. Aku semakin tak sabar melihat mereka terperangah.


Tak sedikitpun aku tidur malam itu. Aku mempelajari dengan baik cara-cara melaksanakannya dari awal hingga akhir. Aku membacanya pelan-pelan takut ada yang terlewati. Buku itu mengatakan untuk membakar kertas koran dengan pandangan mata, aku harus menyiapkan larutan kimia yang bernama glicerin dan perpaknas atau pk. Kemudian masing-masing larutan itu dimasukan dalam plastik yang sangat kecil dua centi meter. Setelah itu kedua plastik itu di satukan kedalam satu plastik yang penting bisa menampung keduanya. Dan langkah terakhir ramuan yang telah jadi itu disisipkan kedalam kertas koran.
Aku semakin tak sabar membaca bagaimana cara kerja bahan itu. Kemudian untuk membuat kertas koran terbakar aku harus memencet ramuan kimia yang disisipkan kedalam lipatan koran tadi, sehingga kedua larutan kimia itu tercampur mengakibatkan panas yang akan membuat koran terbakar. Didalam buku itu juga mengatakan untuk menghilakan kecurigaan kalau koran telah di rekayasa aku harus menyiapkan koran-koran itu dengan menaruhnya disembarang tempat sebelum pertunjukan dimulai. Sehingga para penonton mengira koran itu memang belum diapa-apakan.
Sekarang aku mulai membaca sulap yang satunya lagi yaitu menjilati besi panas membara. Dalam mempraktekkannya sangat mudah yaitu memoles lidah dan bibir dengan larutan kimia yang bernama storak encer. Atau bagusnya berkumur saja dengan larutan itu, namun jangan sampai tertelan. Wah….hebat, benar-benar hebat pengarang buku ini. Setelah membaca buku itu, tak sedikitpun aku merasa ngantuk. Aku tak sabar menunggu datangnya pagi.

OOO

Setelah pulang sekolah aku langsung ke apotik yang berada disekitar terminal. Siang itu aku terpaksa bolos dari pekerjaanku, aku menitip pesan untuk pamanku kepada calo-calo yang telah lama mengenal aku dan pamanku. kami dan para calo adalah patner kerja yang saling menguntungkan, sebab para calo mendapatkan penghasilan dari mengisi mobil para sopir dengan penumpang. Dan begitu juga sebaliknya kami mendapatkan penghasilan dari penumpang mereka.
Hari ini aku di temani iton teman sebangku denganku. Kebetulan jalan pulangnya melewati rumahku. Sebenarnya aku tak mau merepotkan orang. Tapi iton selalu memaksaku untuk ikut naik mobilnya. Jadi aku tak ada pilihan lain. Satu keuntungan juga bagiku yaitu tak pelu mengeluarkan biaya transportasi. Iton sangat baik terhadapku, setiap hari aku selalu diajaknya makan dikantin. Ia tidak akan makan jika aku tak ikut dengannya. Jarang ada orang kaya bersifat seperti dia disekolahku. Meskipun iton mempunyai beberapa buah mobil, ia lebih suka naik motor. Sering iton dimarahi ibunya di telfon karena tidak memakai mobil kesekolah.
Dan jika iton menggunakan mobil kesekolah itu artinya ibunya telah bangun pagi hanya untuk memastikan agar ia menggunakan mobil kesekolah. Pernah iton menceritakan kepadaku katanya ia sering mengelabui ibunya dan pembantunya. Ketika akan berangkat kesekolah iton berpura-pura menghidupkan mobil, tapi ia tak menggunakan mobil itu. Mendengar mobil distater, ibunya mengira iton akan menggunakannya. Maka ibunya tak perlu keluar kamar. Padahal sebenarnya iton diam-diam mengeluarkan motornya, dan baru akan menghidupkannya jauh dari rumahnya. Dan biasanya setelah ibunya mengetahuinya ia akan menelpon dan memarahi iton.
Iton juga termasuk dalam pengecualian sistem disekolahku yaitu siswa yang tak perlu sibuk mengikuti tes seleksi masuk dan kegiatan masa orientasi siswa baru. Jadi kami baru saling kenal setelah masa orientasi siswa baru. dan pada saat aku diangkat menjadi ketua kelas. Pada waktu itu ia memilih duduk sebangku denganku. Di sampingku ia terus bertanya tentang aku. Aku menceritakan semuanya dan diapun demikian menceritakan tentang keadaan keluarganya, tentang ayahnya yang bekerja diperusahaan pengoboran minyak diluar negri, tentang kakak perempuannya yang kuliah di jogja, dan kadang juga ia mengatakan marah kepada ibunya, karena hanya melahirkan dua anak saja. Sehingga ketika kakaknya kuliah kejogja ia tak punya teman lagi dirumah.
Mungkin karena tak punya saudara laki-laki, maka ia memperlakukan aku seperti saudaranya. Bahkan setelah mendengar tentang keadaanku, ia menawarkan aku agar tinggal saja dirumahnya dan katanya ibunya pasti senang kalau ada teman laki-laki dirumahnya. Dan ia juga akan membiayai seluruh uang sekolahku sampai kuliah nanti. Sebenarnya aku sangat senang mendengar itu. Tapi dari dulu aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak menerima belas kasihan orang lain. Aku sudah muak dengan orang-orang yang memandangku tak bisa berbuat apa-apa sejak aku masih kecil. Sejak itu aku berjanji untuk tetap berjuang menuju sukses sampai kapanpun. Aku akan membutikan kepada orang-orang dan pada diriku sendiri kalau aku bisa berdiri tegak tampa belas kasihan orang lain.


dedi padiku | foto | video | blog mengejar mimpi | blog facebook | profil facebook | facegor.

0 komentar :

Posting Komentar

 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon More
powered by Blogger Dedi Padiku