naskah mengejar mimpi bab: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Diluar kamar aku mendengar mami aco mempersilahkan iton agar masuk saja kedalam kamarku. Aku ingat seperti biasa iton selalu menjemputku pergi kesekolah. Aku menyuruh iton agar menungguku sebentar untuk mandi. Iton mengangguk tersenyum-senyum. Pagi ini wajahnya lain dari pada yang lain. Ia tersenyum berseri-seri. Aku sempat heran melihatnya. Tapi biarlah toh sebentar lagi ia pasti akan menceritakannya kepadaku.
Selesai mandi aku bergegas memakai seragam sekolah. Didalam kamar aku tak mempedulikan suanda dan iwan memperhatikan aku. Mereka pasti tetap penasaran dengan mustika yang mereka anggap ada padaku. Aku tergesa-gesa keluar dari dalam kamar. Iton masih tetap tersenyum-senyum sendiri menungguku diluar. Kami berdua keluar rumah menuju mobilnya yang diparkir didepan lorong rumahku.
Iton menyerahkan kunci mobilnya, itu berarti kali ini aku yang bertugas menyetir mobil. Perlahan-lahan mobil meninggalkan kampungku. Kulihat iton semakin tak sabar ingin menceritakan sesuatu.
”dedi, kau tahu tidak kenapa aku begitu bahagia hari ini”. Tanya iton kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala karena malas bersuara. Kepalaku masih terasa pening akibat minuman yang dibawa suanda dan iwan semalam. Disampingku iton seperti orang kebelet pipis tak sabar ingin melanjutkan ceritanya.
”karena aku telah jatuh cinta, baru kali ini aku merasakan tertarik dengan seorang wanita”. Lanjut iton berbinar-binar. Aku baru tahu hatinya sedang berbunga-bunga. Dan aku juga pernah merasakan perasaan semacam itu sejak pertama bertemu dengan iyen, Semua terasa indah.
Tapi siapa wanita yang telah membuat iton orang yang tak pernah peduli dengan seorang wanita tiba-tiba memujanya begitu. Jika melihat iton yang tampan dan kaya pastilah wanita itu sangatlah cantik dan kaya juga seperti dirinya.
”dedi, semalam aku menelponnya, tapi ia tak tahu kalau aku yang menelponnya. Karena diam-diam sejak dari dulu aku berusaha mendapatkan nomornya tampak sepengetahuannya”. Mendengar ucapan iton aku menjadi heran, sebenarnya tampa harus sembunyi-sembunyi begitu wanita itu pasti akan dengan senang hati memberikan nomor telponnya. Sebab siapa yang tak mau dengan iton yang tampan dan kaya. Pasti wanita itu bukanlah orang sembarangan sampai-sampai iton merasa kurang percaya diri begitu.
Aku semakin tak sabar menunggu iton mengucapkan nama wanita itu. aku memberi saran padanya.
”mengapa harus sembunyi-sembunyi, kau kan punya segalanya, mobil ada, motor ada, wajah tampan, apa lagi yang kurang kawanku. Aku yakin setelah ia tahu kalau kau yang menelponnya pasti ia akan menggelepak-gelepak atau bisa-bisa akan pingsan ditempat”. Kataku memberi semangat. Iton menarik nafas dalam-dalam menandakan kalau wanita itu tidak seperti yang aku sangka. Mengetahui itu aku semakin yakin kalau wanita itu sangatlah istimewa dihati sahabatku ini, sampai-sampai membuatnya jungkir balik menahan rasa. Kasihan sekali sahabatku ini seandainya aku bisa membantunya, aku pasti akan melakukannya dengan ikhlas tanpa mengharapkan apapun. Dan bantuanku itu belum seberapa dibanding dengan kebaikannya kepadaku selama ini.
Mobil terus melaju melewati hamparan persawahan yang semakin indah disinari matahari pagi. Sisa embun yang menempel diujung-ujung batang padi yang mulai menguning nampak berkilauan indah menambah rasa sejuk di dalam hatiku. Namun keindahan itu belum disadari iton karena hatinya gelisah memikirkan wanita yang telah merampas hatinya. Aku tak tega juga melihat sahabatku ini. Saat itu aku berjanji didalam hatiku akan menolongnya mendapatkan wanita yang telah menyiksanya siang dan malam.
Kegundahan nampak terlihat dari wajahnya. Iton terlihat seperti orang yang sedang menanggungkan rasa yang paling dalam, sehingga nampak terlihat jelas dari setiap tarikan nafas dan raut wajahnya yang kelam. Senyumnya menguap seketika mendengar aku mengucapkan kalau ia punya segalanya. Aku jadi merasa bersalah dengan kata-kataku tadi. Seandainya aku tak mengatakan itu mungkin tak akan jadi begini.
”memang aku punya semuanya, dan dengan mudah saja mendapatkan wanita manapun, tapi entah mengapa kalau dengan wanita yang satu ini, aku merasa tak berdaya sama sekali. Bayangkan saja hanya untuk mendapatkan nomornya aku harus sembunyi-sembunyi seperti pengecut. Dan jujur saja saat mendengar suaranya di telpon semalam aku tak tahu harus mengucapkan apa, aku hanya bisa diam mendengar suaranya mengatakan halo berulang-ulang sampai ia menutup telponnya”. Desah iton dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca.
Aku hanya diam tak mengucapkan sepatah katapun. Aku bisa merasakan perasaan iton saat ini, perasaan yang begitu mengharu biru sampai tak sadar ia telah meneteskan air mata. Betapa ia sangat mencintai wanita itu. iton mengalami cinta pertama yang sangat memilukan.
Aku bisa membayangkan penderitaanya, dimana untuk pertama kalinya mencintai wanita, saat itulah kita akan merasakan segalanya menjadi indah, dan sebaliknya rasa yang begitu indah berbunga-bunga itu, akan semakin menyakitkan jika kita tak kunjung mendapatkannya. Dan keadaan inilah yang sedang bergejolak didalam jiwa sahabatku ini, yaitu perasaan ingin sekali memiliki wanita yang dicintainya namun karena perasaan yang ingin sekali memiliki itu yang membuat kita takut untuk mengungkapkannya, karena kita tak sanggup menerima kenyataan kalau kita tak bisa mendapatkannya. Aku harus melakukan sesuatu untuk membantu sahabatku ini.
Aku memperlambat laju mobil memasuki halaman sekolahku. Disampingku iton masih terdiam dengan mata berkaca-kaca. Iton belum menyadari kalau mobil sudah dari tadi berada diparkiran. Aku juga tak memberitahunya sebab aku tak ingin mengusiknya. Tak ada diantara kami yang mengeluarkan kata-kata. kami diam larut dalam pikiran masing-masing. Sebenarnya aku ingin sekali mengetahui siapa wanita itu, tapi kulihat iton tak berselera untuk membahasnya.
Aku memalingkan wajahku memandang jauh keluar jendela mobil. Seorang wanita yang kukenal alun sedang menuju kearahku. Mungkin saja ia hanya ingin menanyakan kabarnya iwan. Alun adalah salah satu teman iyen yang ikut menyelamatkan kami waktu hisam menghinaku diapotik dulu pada saat acara peresmian kafe pak jefri. Dan alun inilah yang berperan sebagai pacar gelapnya iwan malam itu.
”dedi boleh kita bicara sebentar”. Kata alun. Ia nampak kelihatan serius seperti ada yang sangat penting untuk dibicarakan.
”boleh memangnya ada apa, atau mungkin kau merindukan temanku itu, iwan”. Kataku menggodanya. Alun tak mempedulikan ucapanku.
”nanti kujelaskan, tapi jangan disini”. Jawab alun seperti tak sabar untuk segera menceritakan sesuatu. Tapi apa yang membuat ia tergesa-gesa begitu. Iton mengangguk lesu saat aku mengatakan akan lebih dulu masuk kedalam sekolah.
Aku berjalan mengikuti alun dari belakang menuju musolah sekolah. Sudah dapat dipastikan ini persoalan serius sampai ia mengajak kemusolah yang tak ada seorangpun pada pagi hari seperti ini. Dibelakangnya aku was-was mengantisipasi apa yang akan ia katakan nanti. Alun mengajakku duduk diteras musolah. Ia belum mengucapkan kata-kata. Disampingnya aku semakin tak sabar. Alun menatap wajahku seperti ragu dengan apa yang akan ia ucapkan. Ia kelihatan bimbang ada sesuatu yang memenuhi perasaanya.
”dedi, sebelumnya aku minta maaf jika ini akan membuatmu tersinggung”. Katanya sambil mengeluarkan nafas yang tertahan didalam dadanya. Ini menggambarkan betapa beratnya apa yang akan ia katakan nanti. Aku belum tahu apa masaalahnya. Tapi ini pastilah bukan hal yang sepele.
”aku belum tahu bagaimana memulainya untuk mengatakan kepadamu”. Lanjut alun bingung. Semoga saja berita ini tidak terlalu buruk untukku.
”katakan alun aku siap mendengarnya”. Desakku tak sabar.
”begini, inti masaalahnya adalah, antara kau dengan iyen”. Kata alun semakin membuatku tak mengerti, sebab selama ini aku dan iyen tak punya masaalah sama sekali.
”tunggu dulu, masaalahnya apa, tolong langsung saja kepokok persoalan, aku semakin tak mengerti dengan maksudmu”. Kataku tak sabar. Kali ini kulihat alun semakin berusaha untuk tidak mempedulikan perasaanku jika nanti tersinggung dengan kata-katanya.
”baiklah langsung saja, tujuanku adalah untuk mengingatkanmu agar jangan menyalaartikan kebaikan iyen padamu, karena sebenarnya selama ini iyen hanya merasa sedih dengan keadaanmu, tak lebih dari itu. iyen pernah menceritakan semua tentang keadaanmu kepadaku. Dan ia juga mengatakan hanya kasihan saja dengan nasibmu. Kau kan tahu sendiri banyak laki-laki yang mengejarnya, jadi bisa dibilang ia bisa memilih pria manapun yang lebih tampan dan kaya raya”. Alun terhenti seperti tak tega meneruskan kata-kata terakhirnya.
Mendengarnya, saat itu juga hatiku hancur, sakit tak tertahankan. Aku langsung mengerti masaalahnya. Lagi-lagi menyangkut tentang harta dan kekayaan. Tak terasa air mataku menetes. Betapa hinanya aku dimata mereka, sampai-sampai untuk sekedar berteman saja masih dianggap tak pantas. Aku mengerti tak ada yang bisa disalahkan atas semua ini. Kini mataku berlinangan air mata, aku hanya bisa menunduk berusaha menguatkan diriku. Aku tahu alun tidak secara langsung menyuruh aku untuk mengukur keadaanku, atau lebih kasarnya agar aku tahu diri. Aku masih menunduk dengan terus mengeluarkan air mata. Kata-katanya terasa sangatlah berat untukku.
”lagi pula sekarang iyen lagi didekati iton sahabatmu sendiri”. Lanjut alun. Sontak aku terkejut mendengar nama itu. kuseka air mataku dan memandang alun tak percaya. Alun seperti mengerti maksudku.
”serius, aku tak main-main, kemarin sore iton datang kerumahku hanya untuk menanyakan nomor telponnya iyen. Kulihat iton sangat berharap sekali ingin mendapatkan iyen. Dan kurasa mereka berdua sangat cocok. Kau tahu sendiri kan dimanapun orang pasti ingin mendapatkan pacar yang kaya seperti iton. Jujur saja, seandainya aku disuruh memilih antara kau dan iton, maaf bukannya bermaksud menghinamu, aku lebih memilih iton”. Lanjut alun lagi.
Aku merasakan sakit yang semakin dalam. Air mataku mengalir deras tak terbendung. Kali ini alun benar-benar tak mempedulikan lagi perasaanku. Baiklah kalian benar, saat ini aku memang tidak berarti apa-apa. Tapi lihatlah beberapa tahun kedepan, aku akan buktikan bahwa aku bisa sukses seperti yang lainnya. Janjiku dalam hati sambil terus menangis. Aku berusaha terlihat setegar mungkin didepan alun. Meskipun hatiku berteriak menahan sakit yang begitu menyiksaku.
”alun, terima kasih atas nasehatmu, aku akan menjauhi iyen untuk selamnya. Tapi aku mohon jangan pernah kau menceritakan tentang aku dan iyen kepada iton sedikitpun”. Pintaku dengan suara tersendat-sendat menahan tangis.
”ia aku janji, iton juga tak sedikitpun mengetahui tentang kalian sejak dari awal kalian saling kenal”. Jawab alun dengan terus memandangku.
Aku langsung meninggalkannya menuju tempat yang sering membuat aku merasa damai dan tentram, yang tak lain adalah lapangan sepak bola yang berada dibelakang sekolahku. Seperti biasa setiap kali aku berada dibelakang sekolah ini, burung-burung kecil selalu menyambutku dengan riang, mereka seakan menganggap aku sahabat mereka. Mungkin karena aku terlalu sering berada disini, jadi aku sudah tak asing lagi bagi burung-burung itu.
Kadang mereka terbang rendah disampingku dan langsung mendarat tak mempedulikan kehadiranku sedikitpun. Tapi kali ini mereka akan terkejut melihatku menangis dan mungkin akan bertanya-tanya mengapa tidak lagi bersama seorang putri cantik yang selalu bersamaku dibelakang sekolah ini.
Sampai bel tanda masuk sekolah berbunyi aku tak beranjak dari tempat itu. aku ingin sekali menangis sejadi-jadinya dibelakang sekolah ini. Aku teringat ketika pertama kali aku mengenal iyen ditempat ini. Teringat akan senyumnya saat menatapku, tingkah lakunya yang seakan peduli terhadapku, dan aroma parfum yang sering ia gunakan seakan tercium olehku.
Perlahan-lahan perasaan sepi menyergapku, semakin membuat aku larut dalam kesedihan yang tak tertahankan. Dan kini entah mengapa aku menyesal telah mengenalnya. Dadaku semakin sesak seiring menyeruaknya kenangan itu. bayangan ketika bersamanya perlahan-lahan semakin jelas berada didepan mataku. Yang kulihat aku sedang duduk bersamanya, tertawa riang seakan kami tidak akan terpisahkan. Namun pada detik ini aku harus bisa melupakannya untuk selamanya. Aku harus melakukan itu. karena aku sadar ia tidak akan pernah menjadi milikku.
Tuhan aku tak sanggup lagi menjalani cobaan ini. Air mataku terus mengalir. Dalam kesedihan yang melandaku, aku merasakan seseorang telah berdiri dibelakangku, aku berusaha menahan tangis untuk menoleh kebelakang. Aku terperanjat, iyen berdiri panik melihatku.
”dedi kenapa kau menangis”. Tanya iyen gugup. Ia memandangku heran bercampur cemas. Aku menatapnya tajam.
”sudahlah, aku sudah tahu semuanya, kau hanya berpura-pura peduli terhadapku, dan kau tidak perlu menyuruhku untuk menjauh darimu, karena aku akan melakukannya tanpa perlu kau jelaskan lagi. Aku tahu orang sepertiku tak pantas berteman denganmu. Tapi aku mohon kepadamu, jangan lagi kau menceritakan tentang keluargaku kepada orang lain. Anggaplah kita tidak pernah saling kenal”. Kataku dengan terus menyeka air mataku. Didepanku iyen sangat terkejut, ia tersentak kaget dengan wajah panik. Aku tahu itu hanya aktingnya saja, agar aku mengira kalau bukan dia yang menyuruh alun untuk mengingatkan aku menjauh darinya.
”dedi aku tak mengerti, tolong jelaskan dulu masaalahnya”. Iyen memohon sambil menahan tanganku ketika akan pergi meninggalkannya. Kutepis tangannya dengan kasar dan berbalik menatapnya kejam. Iyen terbelalak, seakan tak percaya dengan sikap kasarku.
”kuingatkan sekali lagi, aku memang tak punya apa-apa, tapi jangan pernah kau menghinaku dengan kemiskinanku itu. kau memang punya segalanya dan dengan mudah mencampakan siapapun. Namun jika tuhan mau dalam sekejap ia akan dengan mudah menghilangkan kecantikan yang membuatmu menjadi sombong. Sekarang aku memang tidak punya apa-apa, tapi satu saat aku akan membuktikan kepadamu. Ingatlah kata-kataku itu”. aku terus menangis menahan sakit hati. Iyen terpaku menatapku dengan bibir bergetar seperti tak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata. Namun kulihat air mata perlahan-lahan menepi dipelupuk matanya. Tak sedikitpun aku iba melihatnya dan terus pergi meninggalkannya yang masih terdiam seribu bahasa.
dedi padiku | foto | video | blog mengejar mimpi | blog facebook | profil facebook | facegor.
0 komentar :
Posting Komentar