naskah mengejar mimpi bab: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Beberapa hari ini perasaanku tak enak, suanda dan iwan akhir-akhir ini terlihat aneh. Aku menemukan sesuatu yang sedang mereka rencanakan. Pasti suatu rencana yang menjengkelkan lagi. Memang sudah menjadi tabiat mereka berdua untuk selalu berusaha mewujutkan keinginan mereka. Tidak akan menyerah sebelum tercapai. Aku tahu yang mendorong mereka untuk selalu seperti itu tak lain dan tak bukan adalah mustika.
Aku semakin tak tahan dengan ulah mereka itu. Berkali-kali gagal dalam menemukan mustika yang memang tidak pernah ada padaku, membuat mereka semakin berjibaku. kadang aku bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang mereka rencanakan kali ini?. Apakah mereka akan menodongku dengan pistol agar aku menyerah, atau mereka telah mempunyai teknik khusus seperti yang sering digunakan badan keamanan mengintograsi tersangka. Ah ...bisa-bisa aku jadi gila sama-sama mereka jika terus memikirkan hal ini.
Malam ini setelah mencuci mobil mereka langsung menghilang entah kemana. Di kamar tak ada. Terpaksa aku berbaring sendiri memikirkan ide sinting apa lagi yang sedang mereka sembunyikan dariku. Namun tak lama kemudian mereka berdua muncul dengan membawa sesuatu dalam kantongan.
”malam ini kita akan menikmati hidup, lupakan semua persoalan untuk sementara”. Kata suanda tersenyum-senyum sendiri. Ia mengeluarkan beberapa botol bir dari dalam kantong plastik. Iwan segera mengambil loyang dan menuangkan tiga botol bir ditambah dengan dua botol cocacola dan terakhir ia masukan susu kental manis.
Aku semakin heran dengan sikap mereka. Seumur-umur baru kali ini mereka membeli minuman.
”tenang ini hanya bir tidak akan membuat kita mabuk”. Bujuk iwan seperti petugas asuransi mengambil hati para nasabah. Bahkan bisa dibilang senyumnya mengalahkan senyum petugas asuransi kawakan. Entah apa yang telah merasuki kepala mereka berdua.
Sebenarnya malam itu aku tak mau minum, tapi memang pada dasarnya mereka pintar membujuk, akhirnya aku termakan hasutan mereka. Mulanya cara minumnya dilakukan secara bergilir memutar searah jarum jam. Jadi semuanya rata tak ada yang kelebihan minum dan yang kekurangan. Tapi semakin lama aturan itu sudah diabaikan. Dan aku yang semakin banyak mendapat sedoran minuman. Tapi karena aku keenakan dengan rasanya, aku tak mempersoalkan aturan tadi. Setiap minuman yang mengalir dalam tenggorokanku semakin terasa nikmat. Kami yang baru kali ini merasakan minuman, merasa seperti melakukan petualangan yang sangat menakjubkan. Kami tertawa sesuka hati. Suasana hati kami gembira.
Aku merasakan pusing yang aneh. Tak seperti biasanya. Aku merasa seperti tak berpijak lagi dilantai. Aku melihat seluruh ruangan kamar berputar. Sedangkan aku terasa jungkir balik. Tapi asik dan menyenangkan. Meskipun kepalaku terasa berat, tapi jika bergerak sedikit terasa seperti sedang berputar-putar.
”ini giliran kau lagi”. Iwan kembali menyodorkan segelas minuman. Aku langsung menyambarnya. Tanpa hitungan detik gelas itu telah kosong. Aku semakin senang dengan keadaanku yang hampir senewen. Suanda dan iwan memperhatikan aku. Mungkin mereka memastikan kalau aku tidak apa-apa.
Mataku semakin berat untuk terbuka, badanku lemas tak berdaya. Kulihat suanda dan iwan memperhatikan aku, wajah mereka cemas. Berkali-kali mereka bertanya padaku kalau aku betul-betul tidak apa-apa. Wajah mereka seperti orang yang sedang ragu-ragu mempertimbangkan sesuatu. Mereka berdua berdiskusi seperti sedang memusyawarahkan rencana yang sangat berat. Namun aku mendengar mereka mengatakan tentang aku.
”dia tidak apa-apa, memang begitu keadaan orang yang sedang mabuk, aku sering melihatnya di televisi”. Suanda menjelaskan kepada iwan. Rupanya mereka khawatir jika terjadi apa-apa denganku. Dan paling menjengkelkan mereka menyamakan aku seperti orang yang di televisi.
Kali ini mereka mendekatiku yang terbaring lemas. Aku hanya bisa mendengar suara mereka tapi tak mampu untuk bangun.
”yakin dia tidak apa-apa, aku takut jika sampai besok ia tak sadar-sadar, bagai mana nanti ia pergi kesekolah”. Kata iwan cemas. Ia meminta pendapat suanda.
”aku yakin dia tidak apa-apa, setelah tidur beberapa jam ia akan sadar lagi. Begitu yang dikatakan orang-orang yang sering biasa minum”. Suanda meyakinkan iwan. Berkali-kali mereka menggoyang-goyang badanku untuk sekedar memastikan kalau aku telah tidur. Aku masih dapat merasakan tangan mereka tapi badanku terasa tak ada tenaga sedikitpun. Dan aku masih bisa mendengar mereka berbicara.
Samar-samar aku mendengar iwan berbisik mengatakan kalau aku telah tertidur dan tak merasakan apa-apa lagi. Dan ternyata aku baru tahu, rupanya mereka sengaja merencanakan agar aku mabuk, supaya mereka dengan leluasa memeriksa seluruh tubuhku untuk mencari mustika. Kurang ajar betul mereka berdua, tunggu pembalasanku. Kali ini aku kecolongan dengan rencana sinting mereka. Entah dari mana mereka mendapatkan ide gila ini. Aku hanya pasrah menunggu apa yang akan mereka lakukan.
Dengan satu komando serentak mereka berdua melucuti semua pakaianku, memeriksa setiap inci tubuhku. Kepala, rambut, mata, hidung, telinga, dan mulut. Benar-benar mereka berdua sudah menjadi gila. Mana mungkin aku menyembunyikan mustika didalam mata atau didalam hidungku. Jangankan menyembunyikannya melihat saja aku tak pernah. Dasar orang-orang gila. Mereka pikir aku tak mengetahui semua yang mereka lakukan. Lihat saja aku akan membalas perbuatan kalian.
Kini aku hanya bisa pasrah ketika tubuhku dibolakbalik sesuka hati mereka. Seperti seorang dokter yang mengotopsi korban sunami. Kadang mereka mengangkat kedua kaki dan tanganku. Memeriksa dengan sangat teliti. Tak ada bagian tubuhku yang luput dari pemeriksaan mereka. Bahkan bagian yang paling sensitif tubuhkupun tak mereka lewatkan. Lebih menjengkelkan lagi, ditempat itu yang paling lama mereka periksa. Mungkin karena mereka baru kali ini melakukannya, jadi agak sedikit kaku. Kurang ajar betul.
Paginya mereka berdua membangunkan aku dengan wajah seperti orang yang tak berdosa sama sekali. Mereka berpura-pura seperti tak terjadi apa-apa semalam. Aku juga berpura-pura tak mengetahuinya. Tapi aku tetap akan ingat kejadian malam itu. Percuma jika aku marah-marah karena ulah mereka semalam. Itu malah membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. Aku hanya perlu membalas mereka dengan setimpal perbuatan mereka.
dedi padiku | foto | video | blog mengejar mimpi | blog facebook | profil facebook | facegor.
0 komentar :
Posting Komentar